Minggu, 01 September 2024

AKU ADA DI INSPIRASI INDONESIA

 


Tajuk Inspirasi Indonesia, tidak hanya membawa berkah bagi gurunya. Siswa periang ini sangat terkejut ketika guruku dekati saat belajar. Semua terlihat jelas karena aku duduk didekatnya. Wajahnya berkeringat secara tiba-tiba. Bukan karena siang yang sangat panas. Bukan pula suasananya diterpa ultraviolet yang bersuhu tinggi. Kelas yang masih hening membuat percakapan kami begitu pelan. Agak berbisik sehingga aku dan kawan-kawannya tidak terganggu. Namun gadis pandai ini tidak patuh kesepakatan.

 

“Betulkah pak…”

“Wih, pelankan suaramu nak!”

“Oh, maaf pak. Aku kaget saja, seperti tidak percaya saja.”

 

Waktu suting memang tinggal seminggu. Kesediaannya sangat penting. Memastikan kesiapannnya. Kawan-kawan lain akhirnya mengetahui jika Dwi mewakili sekolahnya untuk wawancara singkat pada acara Inspirasi Indonesia.

 

Kehadiran pak Suhardin dalam mengajar IPA di kelas kami menjadi jalan berkah dari Allah untuknya. Bincang-bincang dilakukan untuk memastikan kesiapan dirinya. Setiap harinya ada saja yang ditanyakan. Aku hanya memberikan arahan sebisanya. Aku pun bingung. Pertanyaan yang akan diberikan padanya tidak diketahui.

 

“Paling pertanyaannya, sekitar suasana dan cara belajarmu di kelas.”

“Tidak di tanya tentang materi pelajarannya?”

“Bisa juga iya.”

“Berarti aku harus belajar lagi? Materinya yang mana kira-kira?”

“Sudah, jangan bingung. Tidak sejauh itu. Ini hanya berbagai pengalaman saja. Kamu tau kan, cara pak guru mengajar? Bagaimana perasaan serta pengalaman yang diperoleh setelah belajar? Paling, sekitar itu.”

“Oh…”

 

Menjelang siang, tahap wawancara diputuskan. Setelah Dwi melakoni perannya. Semua anggota tim pengambilan gambar berpamitan. Aku mendampinginya ketika waktu yang genting itu. Beberapa bagian harus hilang. Lokasi selanjutnya akhirnya berubah. Namun tidak bagi Dwi.

 


Ruang perpustakaan sekolah digunakan. Alasanya, selain sepi juga mendukung sudut pandang dan penataan ruangannya. Harapannya telah terwujudkan. Walaupun durasinya tidak lebih dari satu menit namun tidak berarti sesingkat itu menjalaninya. “Cat” dan “mulai” atau “oke” sering berulang terdengar. Dwi pun meminta maaf karena tidak biasa. Hampir pukul dua belas, semua berakhir. Hari yang Lelah baginya, walaupun tidak terasa bagi kami yang melihatnya. Sesaat kemudian, Dwi mendekati Sang Guru.

 

“Terima kasih pak…”

“Itu karena kamu mampu nak.”

“Bukan itu pak.”

“Tapi…”

“Bapak telah memberikan kesempatan berharga dan tidak terlupakan.”

“Anggap itu rezeki dari Allah. Bapak hanya perantaranya.”

 

Dia pun tersenyum lalu kami pamit untuk masuk ke kelas kembali.

(Nsh, BuletinDigutalSeventeen)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

EDUKASI JURNALISTIK DARI NARASUMBER HANDAL

Suasana apel pagi ini (21/11) diwarnai dengan permainan seru. Kedatangan tamu dari Kendari Pos dan Telkomsel ini untuk sebuah kegiatan berta...