Senin, 19 Agustus 2024

HAKEKAT LUMUT DAN PAKU

 


Perintis memang berat, karena penuh tantangan yang penuh cobaan. Begitulah lumut dalam membangun komunitas barunya. Walaupun kadang mengorbankan diri untuk kehidupan mahluk lain. Kerasnya hidup dilaluinya dengan sabar, berlahan tetapi selalu dianggap "pasti*


Itu bukan hanya kodrat maupun takdirnya. Dia begitu bertanggung jawab dengan misi dan visi yang diembannya. Usahanya jarang yang mengalami kegagalan, walupun situasinya sangat ekstrim. Itu karena menghadirkan kesejukan dari kelembaban yang dibuatnya. Membuat lingkungan yang nyaman untuk mengundang tamu lain datang menemaninya. 


Tidak peduli siapa yang mengantarkan mereka. Tidak mau tau bagaimana dia hadir di sisi dan  tanah garapannya.  Mereka juga tidak perlu izin. Lumut menyiapkan makanan dengan sepenuh hati. Membesarkannya untuk tumbuh dengan baik.  Namun seiring mereka dewasa, Sang Lumut mulai resah. 


Dahulu membelah batu hingga melumatkannya dilakukan tanpa teman atau tetangga. Meramu menu makanan dari kerasnya kehidupan. Membangun rumah baru dari lahan gersang. Apakah tetamu itu peduli? Keserakahan dan ketamakan membuat meteka lupa diri. Tidak tau kata terimakasih.


Lambat laun lumut mulai tersisih. Semakin  banyak kawanan yang bertamu dengan beragam rupa membuat populasinya mulai berkurang. Tubuh gemuknya mulai ramping karena puasa yang lama. Ini untuk menjaga amalnya agar tidak terputus.


Para tamu yang makin dewasa mulai menjarah dengan akar kekar dan tudungnya yang lebat. Lumut mulai kurang energi. Makanan kian terebut. Isapan air terkalahkan dengan kebutuhan tetamunya. Kini Sang imut hijau itu mulai mengemas barangnya. Doa dan harapannya mulai terwujud. Lumut, tumbuhan yang tau diri. Tugasnya hampir selesai ditempat itu. 


Harapan baru telah menanti di lahan yang baru. Tidak diketahui apakah cobaannya akan  lebih ringat atau semakin berat. Suatu waktu dia akan bisa melihat jerih payahnya. Hutan baru akan muncul sehingga kehidupannya bisa lebih sejahtera.


Ketika tanah garapannya dahulu telah berkembang. Lumut bebas memilih tempat yang nyaman. Batang pohon, aliran sungai, tanah lembab atau bersembunyi di celah batuan. Kini tugasnya makin ringan. Keberadaanya dapat memberikan peta bagi siapa saja yang kesasar dan salah jalan. Menunjukkan arah yang tepat menuju lembah untuk menggapai sungai. Membedakan barat dan timur. Memberitahu ketinggian dan kadar oksigen. Mengingatkan, jika jalan yang ditempuh pernah dilalui sebelumnya.


Apakah dia meminta upah? Memohon pujian? Mengajukan sebuah penghargaan? atau sebuah pengharapan?


Tidak. Bukan itu. Lumut hanya ingin hidup dengan nyaman. Menikmati jerih payahnya yang telah dibangun dari usaha dan kerja kerasnya. Walaupun banyak yang ingin memindahkannya karena dianggap pengganggu. Perusak pemandangan. Tumbuhan perampas makanan. Atau sebutan apalagi yang dilekatkan pada dirinya. Baginya, takdirnya adalah amal dan ibadahnya. Itulah harga diri atas pengabdiannya pada alam. Sang Lumut, selalu berpikir, dan berzikir setelah doanya. Suatu saat  Allah sebagai pencipta Alam dan isinya akan menjawab keluh dan resahnya.


Berguru pada Alam. Suhardin, 31 Juli 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LKPD Eksperimen Tamu Saga

  Lembar Kerja Peserta Didik ada di sini..... https://drive.google.com/file/d/1DAOfvvY6ZPvQAgvyImoSds9HcilKQ1MH/view?usp=drive_link